Sabtu, 26 Desember 2009

Kandungan Susu Sapi


Susu sapi merupakan sumber protein yang baik, tetapi tinggi dalam lemak jenuhnya. Susu sapi murni mengandung 150 kalori percangkir, dan sekitar setengah dari kalori tersebut berasal dari lemak. 8 gram lemak dalam secangkir susu sapi murni mengandung 5 gram lemak jenuh, yang dapat meningkatkan kolesterol dalam darah. The American Heart Association menyarankan untuk membatasi asupan lemak jenuh sebanyak 7% atau kurang dalam asupan kalori harian: Orang dewasa yang mengkonsumsi 1,800 kalori sehari akan memperoleh lebih dari 1/3-nya dalam 8 ons gelas susu sapi murni.
Skim dan susu-susu yang lemaknya dikurangi menyediakan jumlah protein yang sama tanpa tingkat lemak-lemak jenuh yang tinggi atau kolesterol yang juga dimiliki oleh susu sapi murni. Mereka juga menyimpan semua kalsium yang didapat dalam susu sapi murni sampai 300 miligram, sekitar 1/3 dari asupan harian yang direkomendasikan. Menurut Institute of Medicine, para orang dewasa memerlukan antara 1,000 - 1,300 miligram kalsium sehari untuk kekuatan tulang yang optimal. Dan susu sapi telah lama dikembangkan oleh para ahli nutrisi dan para ahli makanan sebagai sumber yang baik dari mineral penting ini, dan juga vitamin D yang diperlukan untuk menyerap mineral.
Tetapi "ada sejumlah kontroversi dari area susu sapi murni ini," kata Larry Kushi, associate director for epidemiology di division of research di Kaiser Permanente Northern California di Oakland. Persoalannya adalah seberapa pentingnya kalsium -- dan susu sebagai sumber kalsium - sesungguhnya bagi kesehatan tulang.
Para ilmuwan semakin mulai menanyakan hubungan ini setelah beberapa penelitian, termasuk dua penelitian besar yang tidak biasa, gagal menemukan bukti yang menghubungkan meningkatnya pengkonsumsian susu dengan menurunnya resiko patah tulang, sebuah pertanda akan kesehatan tulang.
Penelitian selama 12 tahun yang melibatkan lebih dari 77,000 wanita, dipimpin oleh para peneliti dari Harvard dan dipublikasikan di tahun 1997, menemukan bahwa para wanita yang meminum 2 gelas susu sehari secara kasarnya memiliki resiko yang sama akan patah pinggul atau lengan bawah dengan para wanita yang meminum satu gelas atau kurang dalam seminggu. Penelitian di tahun 2003 dari penduduk yang sama mendapati bahwa meskipun mengkonsumsi vitamin D mengurangi resiko patah pinggul pada para wanita yang telah mengalami menupause, mengkonsumsi kalsium tinggi dan susu tidak mengurangi resiko tersebut.
Penelitian pada hubungan antara susu sapi dengan kanker juga entah bagaimana suram, dan para peneliti yang sedang bekerja untuk mengklarifikasi hal ini. Penelitian terhadap para penduduk telah menghasilkan bukti yang baik bahwa meningkatkan pengkonsumsian produk-produk yang mengandung susu, termasuk susu, dapat mengurangi resiko terkena kanker usus besar. Tetapi penelitian-penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa resiko terkena kanker prostat dapat meningkat akibat meningkatnya pengkonsumsian susu.
Bukti untuk kanker bagi para wanita - seperti kanker payudara, ovarium, edometrial - lebih bermacam-macam. Penelitian-penelitian yang dilakukan beberapa dekade yang lalu lebih berkemungkinan kecil untuk menunjukkan sebuah hubungan antara pengkonsumsian produk-produk susu dengan kanker-kanker para wanita daripada penelitian-penelitian baru-baru ini, dan beberapa ahli nutrisi berpikir perbedaan ini mungkin dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan industri yang telah meningkatkan tingkat hormon estrogen dalam susu sapi.
Kemudian, terdapat persoalan alergi-susu, sebuah reaksi sistim kekebalan terhadap beberapa tipe kasein, air dadih atau protein-protein lain dalam susu. Sekitar 25% anak-anak mengembangkan alergi terhadap susu sapi dalam tahun pertama mereka, menurut National Institutes of Health dan 80% menjadi lebih besar pada masa dewasa.
Individu-individu lainnya menderita intoleran terhadap laktose, ketidakmampuan dalam mencerna gula yang kuat yang terdapat dalam susu. Intoleran ini (yang dapat menyebabkan gas, gembung, dan diare) berasal dari kekurangan lactase, sebuah enzim yang diperlukan untuk memecahkan gula laktosa pada susu. Ini jauh lebih umum daripada alergi susu. "Kebanyakan penduduk di dunia tidak dapat mencerna susu." kata Dr. Scott Sicherer, professor of pediatrics di Jaffe Food Allergy Institute di Mount Sinai School of Medicine di New York, dan penulis buku "The Complete Idiot's Guide to Dairy-Free Eating" di tahun 2009. "Tubuh kita tidak dibuat untuk meminum bahan ini."

Sumber : http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=fakta-mengenai-susu.html&Itemid=314

Tidak ada komentar:

Posting Komentar